MAF’UL BIH
Mei 03, 2017
Pengertian
Maf’ul
Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan
sesuatu yang dikenai perbuatan. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah
objek.
Contoh:
يَتَعَلَّمُ الطَّالِبُ اْلعِلْمَ : Siswa itu belajar ilmu
Dalam contoh di atas, kata “اْلعِلْم “ adalah sebagai
objek/maf’ul bih dari kata fi’il “ يَتَعَلَّمُ “ dan subjek/fa’ilnya adalah kata “ الطَّالِبُ “. Kalau dii’rab maka seperti berikut ini:
اْلعِلْمَ : مفعول به منصوب
وعلامة نصبه فتحة ظاهرة
Terkadang maf’ul bih itu lebih dari satu jika
memang fi’ilnya membutuhkan maf’ul bih lebih dari satu. Fi’il yang membutuhkan
dua maf’ul bih dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Maf’ul
bihnya berasal dari mubtada’ khabar
Dalam konteks ini, jenis
fi’ilnya ada tiga:
o
أفعال
الظن
Yaitu
fi’il-fi’il yang bermakna prasangka. Fi’il-fi’il tersebut adalah:
ظن ، خال ، حسب ، زعم ، جعل ، هب
o
أفعال
اليقين
Yaitu
fi’il-fi’il yang bermakna yakin. Fi’il-fi’il tersebut adalah:
رأى ، علم ، وجد ، ألفى ، تَعَلَّمْ
(بمعنى اِعْلَمْ)
o
أفعال
التحويل
Yaitu
fi’il-fi’il yang bermakna perubahan. Fi’il-fi’il tersebut adalah sbb:
صَيَّرَ ، حَوَّلَ ، جَعَلَ ،
اِتَّخَذَ ، تَخِذَ
Perhatikan
contoh-contoh berikut:
ظننتُ الرَّجُلَ نَائِمًا [ الرجل :
مفعول به الاول منصوب بالفتحة ، نائما :مفعول به ثان منصوب بالفتحة ].
تَعَلَّمْ اْلحَيَاةَ جِهَادًا [ الحياة : مفعول
به الاول منصوب بالفتحة ، جهادا : مفعول به ثان منصوب بالفتحة ].
واتخذ الله ابراهيم
خليلا [ ابراهيم : مفعول به الاول منصوب بالفتحة ، خليلا : مفعول به ثان منصوب
بالفتحة ].
Dari contoh-contoh di atas tampak
bahwa “الرَّجُلَ نَائِمًا “ ,
“ اْلحَيَاةَ
جِهَادًا “ , dan “ ابراهيم خليلا “ adalah objek/maf’ul bih yang berasal
dari mubtada dan khabar. Masing-masing asalnya adalah:
الرَّجُلُ نَائِمٌ , اْلحَيَاةُ جِهَادٌ
, dan ابراهيمُ خليلٌ . Kata “الرَّجُلُ “ ,
“اْلحَيَاةُ “ ,
dan “ ابراهيمُ “ adalah mubtada’. Adapun kata “ نَائِم “ , “ جِهَادٌ “ ,
dan “خليلٌ “
adalah khabarnya.
2.
Maf’ulnya
tidak berasal dari mubtada’ khabar
Fi’il-fi’ilnya
sebagai berikut:
كسا
، ألبس ، أعطى ، منح ، سأل ، منع
Contoh
:
أَعْطَى
اْلمُدَرِّسُ طَالِبَهُ جَائِزَةً : Guru itu memberi siswanya sebuah hadiah
.
Ada
dua maf’ul dari contoh di atas, yaitu: طَالِبَهُ
dan جَائِزَة . Keduanya tidak berasal dari mubtada’
khabar. Jika digabung maka akan menjadi “
الطَالِبُ جَائِزَةٌ ” artinya Siswa itu sebuah hadiah. Maknanya terlihat tidak
rasional karena memang bukan berasal dari jumlah yang mufidah/mubtada khabar.
Bentuk-bentuk
Maf’ul bih
Secara umum maf’ul bih dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu:
(1) Maf’ul bih yang berasal dari isim mu’rab,
sebagaimana pada contoh-contoh di atas, dan
(2) Maf’ul bih yang berasal dari isim mabni,
seperti:
o
Maf’ul bih
dari isim dhamir
Contoh:
رَأَيْتُكَ فِي اْلمَسْجِدِ [ ك : ضمير
متصل في محل نصب مفعول به ]
Dhamir
“ ك “
pada contoh di atas menempati posisi nashab sebagai maf’ul bih.
o
Maf’ul bih dari Isim Isyarah
Contoh:
شَجَّعَ اْلمُدَرِّسُ هَذَا الطَّالِبَ
لِلتَّعَلُّمِ [ هذا : اسم الإشارة في محل نصب مفعول به ]٠
Kata
“ هذا “ pada contoh di atas menempati posisi nashab
sebagai maf’ul bih .
Pembahasan
tentang isim isyarah lebih lengkap silakan baca DISINI.
o
Maf’ul bih
dari isim maushul
Contoh:
شَاهَدْتُ اَّلذِيْنَ يَنْجَحُوْنَ فِي
اْلِامْتِحَانِ [ الذين : اسم الموصول في محل نصب مفعول به ] .
Kata
“ الذين “ pada contoh di atas menempati posisi nashab
sebagai maf’ul bih.
Pembahasan
tentang isim maushul lebih lengkap bisa anda dapatkan DISINI.
Selain
isim mabni, maf’ul bih juga bisa berasal dari mashdar muawwal ( أن + فعل , أن + اسم
وخبر ) .
Contoh:
أَعْتَقِدُ أَنَّ اْلوَلَدَ نَاجِحٌ
[أَنَّ اْلوَلَدَ نَاجِحٌ : مصدر مؤول في محل نصب مفعول به ] .
Jumlah
“أَنَّ اْلوَلَدَ نَاجِحٌ “ adalah mashdar muawwal, posisinya pada mahal
nashab sebagai maf’ul bih dari fi’il “أعْتَقِدُ “ .
Maf’ul bih Lebih Dahulu dari Fai’il
Biasanya maf’ul bih itu terletak setelah fa’il.
Namun terkadang maf’ul bih boleh lebih dahulu dari fa’ilnya.
Contoh:
فَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ
وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ [ فريقا : مفعول به مقدم منصوب بالفتحة ] .
Dua
kata “ فَرِيْقًا “ pada contoh di atas adalah maf’ul bih yang
letaknya lebih dahulu dari fa’ilnya. Fa’ilnya adalah dhamir “ تم “ pada
fi’il “ كَذَّبْتُمْ “ dan “
و “
pada fi’il “ تَقْتُلُوْنَ “ .
Bahkan adakalanya maf’ul bih harus didahulukan
dari fa’ilnya, yaitu ketika maf’ul bih nya berasal dari dhamir nashab
munfashil.
Contoh:
إياك نعبد وإياك نستعين [ إياك :
ضمير منفصل في محل نصب مفعول به ] .
Kata “ إياك “
adalah dhamir munfashil menempati posisi nashab sebagai maf’ul bih. Letaknya
harus didahulukan dari fa’ilnya untuk memberikan ta’kid atau penekanan. Oleh
karena itu, kita bisa menambah maknanya dengan kata “ hanya “. Dalam konteks
ayat di atas artinya adalah “ hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami mohon pertolongan “.
Boleh Hazf Maf’ul bih
Terkadang maf’ul bih boleh dihazafkan apabila
kalamnya bisa dipahami. Seperti contoh:
[ أهلا
: مفعول به من فعل محذوف " أتيت "
منصوب بالفتحة ] . أهلا
و مرحبا
Bagi anda yang ingin mendalami i’rab maf’ul bih
dengan contoh-contoh silakan cek DISINI.
2 komentar
nicee... syukran jazilan
BalasHapusTerimakasih atas tambahan ilmunya 👍
BalasHapus