FA'IL

Mei 03, 2017




FA’IL
Pengertian al-Fa’il
Al-Fa’il termasuk pembahasan dari al-asma’ al-marfu’at (isim-isim marfu’), hal ini tampak dari defenisi yang disampaikan banyak ahli. Seperti yang dikemukan oleh  Fuad Ni’mah pada kitabnya mulakhas Qawa’id al-lughah al-‘arabiyah, yaitu:
الفاعل هو اسم مرفوع تقدمه الفعل المبني للمعلوم ودل على من فعل الفعل .
Al-Fa’il adalah isim marfu’ yang didahului oleh fi’il bina ma’lum , dan menunjukkan orang yang melakukan perbuatan.
Untuk lebih jelasnya... mari ikuti  contoh berikut:
قَرَأَ مُحَمَّدٌ اْلقُرْآنَ   artinya Muhammad (telah) membaca al-Quran
Kata “مُحَمَّدٌ  “ pada contoh di atas adalah fa’il. Alasannya adalah:
1.     Kata “" مُحَمَّدٌ  adalah isim marfu’, hal tersebut bisa dilihat dari harakah/baris akhir kata “مُحَمَّدٌ “ , yaitu berbaris dhammah (  ُ  )  , dan dhammah termasuk di antara tanda-tanda isim marfu’ . Untuk lebih mendalamnya pemahaman anda  silakan baca tanda-tanda i’rab.
2.     Kata “مُحَمَّدٌ “ terletak setelah fi’il bina ma’lum (kata kerja aktif) yaitu “  قرأ  artinya membaca.
3.     Muhammad adalah orang yang melakukan perbuatan “membaca”.
Ada yang harus anda pahami betul-betul, bahwa setiap kata kerja/fi’il membutuhkan fa’il (pelaku perbuatan)  Dan fa’il tersebut letaknya setelah fi’il bina ma’lum,  sekali lagi setelah ... bukan sebelumnya. Karena, jika pelaku terletak sebelum kata kerja maka namanya bukan fa’il, tetapi mubtada.  Kalau contoh di atas kita robah posisi kata menjadi “  مُحَمَّدٌ  قَرَأَ  اْلقُرْآنَ  “ , maka kata “   مُحَمَّدٌ    “ jabatannya bukan sebagai fa’il tetapi sebagai mubtada.   Silakan baca tulisan saya tentang mubtada’ dan khabar.
Di samping itu, untuk mencari fa’il kita bisa mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri; siapa yang melakukan perbuatan tersebut. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia:
a.    Para siswa menunggu gurunya di ruang kelas. Kata kerjanya adalah “menunggu”. Pertanyaannya, “siapa yang menungu” ? jawabannya, “para siswa” . Maka, yang mungkin bisa jadi fa’il adalah “para siswa”.
b.   Orang yang dermawan itu menolong fakir miskin. Kata kerjanya adalah “menolong” . Pertanyaannya, “ siapa yang menolong” ? jawabannya,”orang dermawan”. Maka “orang dermawan”  berpeluang bisa jadi fa’il.
Dari dua contoh di atas, maka kata “para siswa” dan kata “orang dermawan” kedudukannya bisa menjadi fa’il jika masing-masing keduanya terletak setelah kata kerja  “menunggu” dan kata kerja “menolong”.

Macam-macam Al-Fa’il
Secara umum Al-Fa’il terbagi dua, yaitu:
1.    Al-Fa’il yang berasal dari isim mu’rab, yaitu isim yang bisa berubah-rubah baris akhir hurufnya sesuai dengan jenis isimnya; apakah termasuk isim marfu’aat, atau isim mansubaat , atau juga isim majruraat. Seperti kata “  محمد   , bisa dibaca “  محمدٌ  “ (isim marfu’), atau “  محمداً  “ (isim mansub), atau “  محمدٍ  “ (isim majrur).  Dengan demikian, maka kata “  محمد  “ termasuk isim mu’rab.
2.    Al-Fa’il yang berasal dari isim mabni, yaitu isim yang tidak akan berubah baris huruf akhirnya, walaupun jabatan dalam kalimat sudah berubah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan dua contoh berikut:
a.     ذَهَبَ هَذَا الوَلدُ إِلَى اْلمَدْرَسَةِ  artinya Anak (lk) itu pergi ke sekolah.
Kata “ هَذَا “ adalah salah satu isim isyarah . Jabatannya dalam kalimat di atas adalah sebagai fa’il, karena ia terletak setelah kata “ذَهَبَ “ yang merupakan kata kerja ma’lum. Walaupun sebagai fa’il kata “  هَذَا  “ tidak memperlihatkan tanda-tanda isim marfu’, karena ia termasuk bagian isim mabni.
Yang perlu diperhatikan kaitannya dengan isyarah adalah bahwa jabatan kata berada pada isim isyarah bukan pada isim yang terletak sesudah isim isyarah. Jadi, kata “الوَلدُ  “ pada contoh di atas bukan sebagai fa’il, tapi hanya sebagai badal (pengganti) dari isim isyarah  (هَذَا ) atau di sebut juga sebagai musyaaru ilaih (  مشار إليه  ).
b.    نَجَحَ اَّلذِيْ يَجْتَهِدُ فِي تَعَلُّمِهِ  artinya (orang) yang bersungguh-sungguh dalam belajarnya (telah) sukses/lulus.
Kata “  نَجَحَ  “ dalam kalimat di atas adalah fi’il/kata kerja  madhi, artinya sukses/lulus. Setiap  kata kerja membutuhkan fa’il, dan fa’il terletak setelah kata kerja aktif (ma’lum), sekali lagi setelah kata kerja aktif, bukan sebelumnya. Maka kata  ا لذِيْ  “ adalah fa’ilnya. الذِيْ  merupakan satu bentuk isim maushul (kata sambung) yang berarti “yang” atau “orang yang” .

Di samping itu, ada pembagian fa’il ditinjau dari tampak dan tidak tampaknya fa’il:
a.     Fa’il yang berasal dari isim zhahir, yaitu isim yang tampak wujudnya. Sebagaimana contoh-contoh sebelumnya.
b.    Fa’il yang berasal dari isim yang tidak tampak, yaitu berasal dari isim dhamir yang disebut dengan dhamir mustatir (dhamir yang tersembunyi).
Contoh:
الطَالِبُ يَتَعَلَّمُ بِاْلاِجْتِهَادِ   artinya: Siswa itu belajar dengan sungguh-sungguh.
Penjelasannya sebagai berikut:
Kata “  يَتَعَلَّمُ     adalah fi’il (kata kerja) mudhari’. Setiap kata kerja membutuhkan fa’il, dan fa’il harus terletak di depannya. Dari segi makna, maka fa’il (pelaku perbuatan) adalah “   الطَالِبُ    “/siswa, karena dia yang melakukan perbuatan “belajar”. Akan tetapi, ia terletak sebelum kata kerja يَتَعَلَّمُ , maka ia tidak boleh disebut sebagai fa’il. Dengan kondisi demikian, maka bisa dipastikan bahwa fa’ilnya adalah dhamir mustatir (dhamir yang tersembunyi), yang tersembunyi itu adalah dhamir “  هو  “ yang kembali ke kata “  الطَالِبُ  “ . Pembahasan lengkap tentang dhamir baca DI SINI.

Kesesuaian Fi’il (kata kerja) dan Fa’il (pelaku)
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan antara fi’il dan fa’il, yaitu sebagai berikut:
1.  Walaupun fa’il berasal dari isim mutsanna dan jama’, maka fi’ilnya tetap dalam keadaan mufrad. Seperti pada contoh berikut:
a.     ركِبَ الوَلَدُ الدَراجَةَ
b.    ركب الوَلَدَانِ الدراجة
c.     ركب اْلأَوْلَادَ  الدراجة
Contoh di atas menjelaskan bahwa meskipun fa’ilnya bentuknya mufrad (  الوَلَدُ  ), atau mutsanna   (الوَلَدَانِ   ), ataupun jama’ (  اْلأَوْلَادَ   ) namun fi’ilnya (  كِبَ ) tetap mufrad.
2.  Kalau Fa’ilnya bentuknya mu’annats (  مؤنث  ) maka fa’ilnya harus ditambah dengan ta’ ta’nits (  تاء التأنيث  ) di akhir hurufnya  pada fi’il madhi, dan ta’ mutaharrikah (  تاء المتحركة  ) di awal fi’il mudhari’. Supaya anda lebih paham, maka akan saya kemukakan dua contoh berbeda. Yang satu fa’ilnya muzakkar, dan satu lagi fa’ilnya mu’annts. Contohnya sbb:
a.    طَبَخَ الرجلُ الطعام في المطبخ
يَطْبَخُ  الرجلُ الطعام في المطبخ
b.   طَبَخَتْ فاطمة الطعام في المطبخ
تَطْبَخُ فاطمة الطعام في المطبخ



















 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images